Demo memprotes kendaraan berat tronton di jl.raya parungpanjang-sudamanik yang direncanakan hari sabtu tgl.01 sepetember 2012, ternyata tidak jadi. Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya koordinator demo terlebih dahulu sudah dipanggil pihak polsek untuk mengurungkan niatan demo tsb, karena dikhawatirkan akan terjadi bentrok pisik antara preman yang disewa pihak perusahaan galian dan pendemo. Lagi-lagi yang punya uang yang menang...
gravatar

Kapan Gn. Sudamanik Habis?

Kalau "iseng" berkendara ngikutin jalan raya parungpanjang antara jam 8 pagi sampai jam 8 malam bolak balik, gak usah jauh-jauh dari malang nengah sampai cipining saja, coba deh apa komentar anda?

Pasti macem-macem komentarnya. Sesabar-sabarnya anda, pasti anda akan berkomentar. Ngebul, antrian tronton yang kadang seenaknya saja nyalip atau ngambil jalur kanan bikin dek-dekan. Kondisi semacam ini terjadi setiap hari, kecuali ketika ada Pak Bupati berkunjung.

Dalam obrolan warung kopi, saya pernah bertanya "kapan ya parung akan bebas tronton?" dan teman ngobrol saya cuma ketawa. "nambah iya kali, kalau berkurang gak mungkin. kecuali gunung sudamaniknya abis" katanya.

Pertanyaanya kapan itu terjadi? Dan kalaupun itu terjadi, berapa generasi lagi yang akan merasakan kondisi jalan parungpanjang yang "serem" ini?

Dalam satu obrolan lainnya, saya mendengar salah satu temen yang mengatakan bahwa, parungpanjang ini sama dengan freeport. Kekayaan tambangnya abis dibawa orang (pengusaha, pebisnis), sementara masyarakat lingkungan sekitarnya cuma jadi buruh kasar dengan upah kecil. Sisanya jalan rusak, lingkungan hancur.

Lalu, kapan Gunung Sudamanik tersebut akan habis? Wallahu'alam, toh dari dulu tidak habis-habis. Tapi kalau Gunung tersebut habis, bisa repot, bisa-bisa parungpanjang kelelp air laut. Sebab gunung tersebut merupakan "dam" yang memisahkan daratan dan laut. Kalau demikian, kenapa ya orang-orang tidak mikit, bahwa kalau dihabiskan bisa mengakibatkan bencana alam? Padahal kalau terjadi bencana alam, yang duluan kena dampaknya adalah masyarakat sekitar, sementara para pengusahanya bisa "lenggang" ke kota lain.

Itulah manusia, dengan segala ketamakannya, semuanya ingin dimakannya, bukan cuma nasi, ubi, tapi batu, emas, dan seisi perut bumi kalau bisa dimasukan semua kedalam perutnya. Termasuk Gunung Sudamanik tersebut tentunya.